Migrasi dapat
diartikan sebagai jalan yang disengaja untuk menjadi solusi atas masalah
pemenuhan kebutuhan yang tidak didapatkan di daerah asalnya. Migrasi dapat
digolongkan berdasarkan waktu, jarak, wilayah, intensitas, serta hal lainnya. Pembedaan-pembedaan
atas dasar tertentu menjadi berguna dalam menjelaskan kasus dan karakteristik
tertentu. Berbicara migrasi akan menjadi lebih baik bila turut melibatkan
ilmu-ilmu lainnya yang relevan. Pada ilmu sejarah migrasi dapat dijelaskan
sejak awal mula diperkirakannya terjadinya migrasi, sejarah pula menyimpan
latar dan seting yang membuat migrasi terjadi. Migrasi terjadi secara masif
manakala tercipta kondisi tertentu yang berlaku pada sebagian besar masyarakat.
Kejadiannya tidak hanya pada aspek ada dan tidak adanya kebutuhan pada daerah
asal lalu berkembang menjadi perbedaan nilai lebih antar suatu daerah saja, ia
dapat lebih dari itu hingga merembet ke persoalan-persoalan yang lebih kompleks
lainnya. Inovasi yang dilakukan oleh ilmuwan di daratan Eropa tidak dapat
disangkal memberikan perubahan pada cara produksi manusia yang tadinya
berorientasi pada usaha pertanian lalu berpindah pada usaha industri pada
hampir dalam segala bidang. Manusia yang tadinya menitik beratkan volume tenaga
kerja pada upaya penanaman tanaman pangan kemudian berubah, berbagi dengan
sektor lain yang muncul belakangan di wilayah perkotaan. Kondisi desa yang
biasa saja dan bayangan pengusaha yang sukses cukup menjadi push pull factor yang menggiring orang
desa pergi bekerja di kota. Perpindahan ini tidak hanya sebatas pada reposisi
ruang kerja saja tetapi melingkupi hal-hal mendasar yang dijalankan sehari-hari
manakala seseorang berada di desa. Budaya masyarakat desa yang agraris menadi
kontras tersaji pada masyarakat kota yang industrialis, begitu pula sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar