Pagi
ini aku akan berangkat ke kampus untuk berkuliah menuntut ilmu agar
sukses hidup esok kelak. Kupersiapkan segala sesuatunya, kubersihkan
kamarku, kusiapkan sarapan untuk anaku, kuseduhkan kopi untuk suamiku,
kubantu orang tua cucikan piring. Kuminta ijin pada Bosku di t4 kerja
& kukecup kening istriku. Agar memuluskanku, agar tidak menjadi
penghalang asa yang kucari.
Kuberdoa,
agar kaki yang melangkah keluar dari pintu, berpijak pada t4 yang
benar. Menumpang pete – pete yang ongkosnya memaksa turut diprioritaskan
dibanding dengan harga kebutuhan dasar diri dan masih diputar –
putarkan di kota Bau – Bau yang pada akhirnya sampai di kampus.
Mengemudikan motor yang membuat diri baku intip – intip dengan
swipingnya POLANTAS. Mengayuh sepeda yang tidak pernah bisa sebalap
motor satri. Untuk pergi ke kampus, untuk berkuliah.
Bayanganku,
akulah yang ditunggui oleh pengajar beserta semua teman – temanku dalam
kelas. Kenyataan berbalik menjadi orang pertama di kelas. Hari ini,
minggu depan, bulan depan, sampai jelang semesteran, tidak berubah.
Dosennya tidak pernah masuk, tidak konsisten pada janji, ketetapannya
kaku dan mengganggu.
Diriku,
Ayahanda, Ibunda, Suamiku, Istriku, Pacarku, Anaku, Bosku, tidak lama
lagi aku akan menyelesaikan studiku. Berdoalah agar aku berhasil. Aku
yakin, aku bisa, aku selalu hadir. Tugas – tugas kuusahakan kupenuhi.
Nasehat pengajarku kudengarkan, kulaksanakan, kuberupaya
menyempurnakannya.
Semoga
aku lulus, walaupun pertemuan terakhir tidak sempat kuhadiri karena
harus memperbaiki motor yang mogok. Walaupun presentase makalahku tidak
jadi karena aku lupa yang disebabkan oleh banyak pikiran untuk
menyelesaikan tugas yang lainnya. Walaupun suruhan agar datang ke rumah
dosen tidak kuindahkan karena orang tua yang bepergian berpesan untuk
menjaga rumah sementara situasi dan kondisiku tidak seimbang. Walau aku
tidak mid semester karena anaku sakit di rumah atau bosku di kantor
menyodorkan pekerjaan vital.
Semoga saja.
***
Terima kasih Tuhan.
Engkau Maha Pengasih.
Diri yang hina ini masih Kau beri nikmat menghirup oksigen.
Engkau Maha Bijaksana.
Menyebarkan pengetahuan di muka bumi ini.
Engkau Maha Penyayang.
Selalu menyelamatkanku dari malapetaka, penderitaan berkepanjangan.
***
Pagi
ini aku akan berangkat ke kampus untuk melihat hasil perjuanganku
selama ini, hasil pengorbananku selama ini, hasil jerih payahku selama
ini.
Bersemangat sekali kudatangi berita acara itu.
“E”.
Itulah nilaiku.
“E”
artinya Eror. Sama dengan Nol. Sama halnya tidak berbuat sama sekali.
Sama artinya tidak hadir diperkuliahan. Membangkang pada dosen, tidak
menyempurnakan tugas, tidak ikut ujian, tidak berbuat apa – apa.
Lantas
apa artinya setiap kali aku bermalu – malu diri pada atasanku untuk
minta ijin pergi berkuliah, apa artinya aku meninggalkan anakku yang
penuh tangis di rumah, apa artinya aku meninggalkan piring kotor di
rumah, apa artinya membiarkan kucingku yang belum makan pagi di kos –
kosan, meninggalkan suamiku dengan lupa membuatkannya kopi, apa artinya
sakit kepala selama 4 bulan karena diputar – putarkan mobil pete – pete
& hampir ditabrak ojek karena buru – buru mau pergi berkuliah.
Tidak
ada artinya sama sekali. Semua itu dikalikan dengan Nol. Dan Hasilnya
Nol juga. Ratusan ribu kukeluarkan, namun usahaku sesuai kemampuanku
sebagai manusia hanya dihargai “NOL’, naif.
Siapakah
yang membulatkan nilaiku ?. Ternyata pengajarku yang selama ini
membimbingku. Ternyata Dosenku. Bapak Dosen yang kuhormati, Ibu Dosen
yang kuhargai. Betapa jeli matamu, betapa tajam hatimu, betapa
bijaksananya dirimu, betapa penuh sifat manusiawimu mengalahkan hakim
kaku yang mengadili kasus Raju. Sampai hati memberiku nilai “E”. Eror.
Nol. Memberikan nilai yang sepadan dengan pengorbananku selama ini.
Terima kasih Bapak Dosen, terima
kasih Ibu Dosen. Hasil goresan tanganmu telah memucatkan jasadku
sesaat. Sampai akhirnya aku mengambil nafas panjang untuk menenangkan
diri. Hhhhhhhhhhhmhhhhhhhhhhh………………
Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa tetap memelihara & menjaga cara pandangmu
yang manusiawi itu. Memberikan nilai Eror, yang berarti Nol, yang
berarti aku tidak pernah berbuat sama sekali, padahal faktanya sangat
berlawanan.
Kita adalah miliknya, Kita akan kembali kepada-Nya, & tidak akan lama hidup di sini, cuma sebentar.
_______________________
Tulisan
ini pernah penulis muat dalam majalah dinding di kampus tempat penulis
menempuh pendidikan S1, 10 tahun silam. Tulisan ini diinspirasi oleh
banyaknya teman-teman penulis yang mendapat nilai E oleh karena
persoalan yang sebetulnya sepele. Penulis kembali tampilkan sebagai
refleksi perjalanan intelektual penulis ketika masih “berdarah panas”..
Tulisan ini juga penulis pernah tampilkan di
http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/27/eror-630839.html, pada tanggal 27 Januari 2014