Kamis, 30 Januari 2014

EROR

Pagi ini aku akan berangkat ke kampus untuk berkuliah menuntut ilmu agar sukses hidup esok kelak. Kupersiapkan segala sesuatunya, kubersihkan kamarku, kusiapkan sarapan untuk anaku, kuseduhkan kopi untuk suamiku, kubantu orang tua cucikan piring. Kuminta ijin pada Bosku di t4 kerja & kukecup kening istriku. Agar memuluskanku, agar tidak menjadi penghalang asa yang kucari.
Kuberdoa, agar kaki yang melangkah keluar dari pintu, berpijak pada t4 yang benar. Menumpang pete – pete yang ongkosnya memaksa turut diprioritaskan dibanding dengan harga kebutuhan dasar diri dan masih diputar – putarkan di kota Bau – Bau yang pada akhirnya sampai di kampus. Mengemudikan motor yang membuat diri baku intip – intip dengan swipingnya POLANTAS. Mengayuh sepeda yang tidak pernah bisa sebalap motor satri. Untuk pergi ke kampus, untuk berkuliah.
Bayanganku, akulah yang ditunggui oleh pengajar beserta semua teman – temanku dalam kelas. Kenyataan berbalik menjadi orang pertama di kelas. Hari ini, minggu depan, bulan depan, sampai jelang semesteran, tidak berubah. Dosennya tidak pernah masuk, tidak konsisten pada janji, ketetapannya kaku dan mengganggu.
Diriku, Ayahanda, Ibunda, Suamiku, Istriku, Pacarku, Anaku, Bosku, tidak lama lagi aku akan menyelesaikan studiku. Berdoalah agar aku berhasil. Aku yakin, aku bisa, aku selalu hadir. Tugas – tugas kuusahakan kupenuhi. Nasehat pengajarku kudengarkan, kulaksanakan, kuberupaya menyempurnakannya.
Semoga aku lulus, walaupun pertemuan terakhir tidak sempat kuhadiri karena harus memperbaiki motor yang mogok. Walaupun presentase makalahku tidak jadi karena aku lupa yang disebabkan oleh banyak pikiran untuk menyelesaikan tugas yang lainnya. Walaupun suruhan agar datang ke rumah dosen tidak kuindahkan karena orang tua yang bepergian berpesan untuk menjaga rumah sementara situasi dan kondisiku tidak seimbang. Walau aku tidak mid semester karena anaku sakit di rumah atau bosku di kantor menyodorkan pekerjaan vital.
Semoga saja.
***
Terima kasih Tuhan.
Engkau Maha Pengasih.
Diri yang hina ini masih Kau beri nikmat menghirup oksigen.
Engkau Maha Bijaksana.
Menyebarkan pengetahuan di muka bumi ini.
Engkau Maha Penyayang.
Selalu menyelamatkanku dari malapetaka, penderitaan berkepanjangan.
***
Pagi ini aku akan berangkat ke kampus untuk melihat hasil perjuanganku selama ini, hasil pengorbananku selama ini, hasil jerih payahku selama ini.
Bersemangat sekali kudatangi berita acara itu.
“E”.
Itulah nilaiku.
“E” artinya Eror. Sama dengan Nol. Sama halnya tidak berbuat sama sekali. Sama artinya tidak hadir diperkuliahan. Membangkang pada dosen, tidak menyempurnakan tugas, tidak ikut ujian, tidak berbuat apa – apa.
Lantas apa artinya setiap kali aku bermalu – malu diri pada atasanku untuk minta ijin pergi berkuliah, apa artinya aku meninggalkan anakku yang penuh tangis di rumah, apa artinya aku meninggalkan piring kotor di rumah, apa artinya membiarkan kucingku yang belum makan pagi di kos – kosan, meninggalkan suamiku dengan lupa membuatkannya kopi, apa artinya sakit kepala selama 4 bulan karena diputar – putarkan mobil pete – pete & hampir ditabrak ojek karena buru – buru mau pergi berkuliah.
Tidak ada artinya sama sekali. Semua itu dikalikan dengan Nol. Dan Hasilnya Nol juga. Ratusan ribu kukeluarkan, namun usahaku sesuai kemampuanku sebagai manusia hanya dihargai “NOL’, naif.
Siapakah yang membulatkan nilaiku ?. Ternyata pengajarku yang selama ini membimbingku. Ternyata Dosenku. Bapak Dosen yang kuhormati, Ibu Dosen yang kuhargai. Betapa jeli matamu, betapa tajam hatimu, betapa bijaksananya dirimu, betapa penuh sifat manusiawimu mengalahkan hakim kaku yang mengadili kasus Raju. Sampai hati memberiku nilai “E”. Eror. Nol. Memberikan nilai yang sepadan dengan pengorbananku selama ini.
Terima kasih Bapak Dosen, terima kasih Ibu Dosen. Hasil goresan tanganmu telah memucatkan jasadku sesaat. Sampai akhirnya aku mengambil nafas panjang untuk menenangkan diri. Hhhhhhhhhhhmhhhhhhhhhhh………………
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa tetap memelihara & menjaga cara pandangmu yang manusiawi itu. Memberikan nilai Eror, yang berarti Nol, yang berarti aku tidak pernah berbuat sama sekali, padahal faktanya sangat berlawanan.

Kita adalah miliknya, Kita akan kembali kepada-Nya, & tidak akan lama hidup di sini, cuma sebentar.
_______________________
Tulisan ini pernah penulis muat dalam majalah dinding di kampus tempat penulis menempuh pendidikan S1, 10 tahun silam. Tulisan ini diinspirasi oleh banyaknya teman-teman penulis yang mendapat nilai E oleh karena persoalan yang sebetulnya sepele. Penulis kembali tampilkan sebagai refleksi perjalanan intelektual penulis ketika masih “berdarah panas”..
Tulisan ini juga penulis pernah tampilkan di http://sosbud.kompasiana.com/2014/01/27/eror-630839.html, pada tanggal 27 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar