Pemilihan
presiden bukanlah seperti mempertimbangkan siapa yang paling pintar di
kelas, selalu mendapatkan nilai tertinggi untuk diberi penghargaan
sebagai juara kelas. Pemilihan presiden adalah ajang memberikan mandat,
mempercayakan kemudi negara kepada
siapa yang dianggap sevisi (sama memiliki pandangan yang jelas akan
bentuk kehidupan impian) dan semisi.(sama mengetahui di mana tempat dan
arah menuju pencapaian visi). Salah memberikan kepercayaan berakibat
karam, dibajak, hingga tidak pernah mencapai tujuan baik itu karena
salah tujuan maupun tidak adanya pergerakan untuk mencapai tujuan itu.
Negara kita saat ini sedang berada dalam badai, mendapat angin puting
beliung dari Selatan (Australia), Timur (Papua New Guinea), Barat
(Singapura), bahkan Utara (Malaysia). Belum lagi ditambah banyaknya
tikus-tikus yang mencuri cadangan persediaan makanan untuk sekian ratus
juta penumpang kapal, orang-orang yang lain diperintahkan lain pula yang
dikerjakan. Sesungguhnya saya benar-benar melihat tidak ada progres
bergerak untuk maju melainkan memperjelas keakutan kapal negara ini yang
bisa sewaktu-waktu tenggelam kembali sebagaimana yang pernah terjadi
tahun 1997, manakala kapten George Soros dari kapal lain (Amerika)
tiba-tiba saja meminta sebagian besar papan kayu miliknya yang melekat
dalam buritan kapal, sehingga mengakibatkan kapal negara Indonesia
tenggelam dalam lautan utang dan penderitaan berkepanjangan hingga saat
ini. Filosofi kapal seperti inilah yang saya pikir dapat memperjelas
sebenarnya kondisi kapal yang bernama negara Indonesia, kita membutuhkan
sosok Nahkoda yang mampu melihat tujuan, mengetahui tujuan itu ada di
mana, dan mampu membawa kapal ini menuju tujuan.
(1) Saya menginginkan nahkoda yang mampu membuat kapal ini tidak punya utang lagi sehingga tidak akan pernah lagi tenggelam dalam kondisi yang sama. Saya ingin agar nahkoda tidak lagi memakai orang-orang yang mengizinkan pinjam meminjam kayu pada bagian vital kapal yang beresiko sewaktu-waktu diambil dan kita tidak dapat mencari penggantinya dalam waktu singkat, hingga membawa akibat kembali tenggelam.
(2) Saya menginginkan nahkoda kapal mengawasi orang-orang asing (intelijen) yang menyaru sebagai turis atau LSM, yang melakukan pekerjaan diam-diam entah menyebar penyakit yang tidak ada obatnya, mendokumentasikan titik-titik kekuatan vital di atas kapal, dan menyebarkan ide disintegrasi.
(3) Saya menginginkan agar nahkoda kapal tidak lagi memakai peta pencapaian tujuan (arahan dalam membuat undang-undang ataupun kebijakan lain) dari kapal lain, karena jelas, antara kapal kita dan kapal mereka berbeda tujuan, berbeda ras, berbeda budaya, berbeda mayoritas agama, berbeda segalanya. Karena mengikuti arahan mereka hanyalah membawa kepada jalan panjang melewati badai-badai yang telah terbukti sangat menyengsarakan kita.
(4) Saya ingin agar nahkoda menerapkan hukum secara tegas, agar tidak ada lagi orang-orang yang lengah baik sengaja maupun tanpa sengaja membuat kapal negara menjadi bocor.
(5) Saya juga ingin agar nahkoda kapal kembali menghidupkan persatuan asia- afrika pasifik sebagai rival PBB yang dikuasai oleh negara-negara blok barat dan blok timur, memunculkan Indonesia sebagai satu kekuatan dunia dengan potensi uniknya tersebut.
(6) Saya ingin agar nahkoda peka terhadap penderitaan kapal-kapal kecil lainnya yang dibakar, ditembaki oleh kapal-kapal besar dengan alasan karena mereka melakukan kesalahan. Tidak tertutup kemungkinan, ke depannya kita pula yang menjadi sasaran perbuatan brutal kapal-kapal besar itu, ketika mereka menemukan alasan yang melegalkannya menyerang kita. Dan pada saat yang sama bisa jadi kekayaan atau harta yang selama ini kita pendam untuk kelangsungan kapal akan dijarah sebagai konsekuensi kalah perang.
(7) Saya tidak ingin lagi nahkoda yang berasal dari didikan nahkoda lama. Yang terbukti tidak mampu membawa kapal ini kepada tujuan yang telah dijanjikannya.
Terakhir saya berdoa, berharap kepada Yang Maha Kuasa, semoga ia menurunkan semacam ujian kepada bangsa ini, yang dengannya menjadi fit and proper test kandidat presiden. Sehingga kita sebagai rakyat dapat menilai kelayakan sang Calon Presiden menjadi nahkoda di Kapal Ini.
Tag: Presiden di Mata Orang Laut
http://sosbud.kompasiana.com/2014/03/23/presiden-di-mata-orang-laut-643565.html
(1) Saya menginginkan nahkoda yang mampu membuat kapal ini tidak punya utang lagi sehingga tidak akan pernah lagi tenggelam dalam kondisi yang sama. Saya ingin agar nahkoda tidak lagi memakai orang-orang yang mengizinkan pinjam meminjam kayu pada bagian vital kapal yang beresiko sewaktu-waktu diambil dan kita tidak dapat mencari penggantinya dalam waktu singkat, hingga membawa akibat kembali tenggelam.
(2) Saya menginginkan nahkoda kapal mengawasi orang-orang asing (intelijen) yang menyaru sebagai turis atau LSM, yang melakukan pekerjaan diam-diam entah menyebar penyakit yang tidak ada obatnya, mendokumentasikan titik-titik kekuatan vital di atas kapal, dan menyebarkan ide disintegrasi.
(3) Saya menginginkan agar nahkoda kapal tidak lagi memakai peta pencapaian tujuan (arahan dalam membuat undang-undang ataupun kebijakan lain) dari kapal lain, karena jelas, antara kapal kita dan kapal mereka berbeda tujuan, berbeda ras, berbeda budaya, berbeda mayoritas agama, berbeda segalanya. Karena mengikuti arahan mereka hanyalah membawa kepada jalan panjang melewati badai-badai yang telah terbukti sangat menyengsarakan kita.
(4) Saya ingin agar nahkoda menerapkan hukum secara tegas, agar tidak ada lagi orang-orang yang lengah baik sengaja maupun tanpa sengaja membuat kapal negara menjadi bocor.
(5) Saya juga ingin agar nahkoda kapal kembali menghidupkan persatuan asia- afrika pasifik sebagai rival PBB yang dikuasai oleh negara-negara blok barat dan blok timur, memunculkan Indonesia sebagai satu kekuatan dunia dengan potensi uniknya tersebut.
(6) Saya ingin agar nahkoda peka terhadap penderitaan kapal-kapal kecil lainnya yang dibakar, ditembaki oleh kapal-kapal besar dengan alasan karena mereka melakukan kesalahan. Tidak tertutup kemungkinan, ke depannya kita pula yang menjadi sasaran perbuatan brutal kapal-kapal besar itu, ketika mereka menemukan alasan yang melegalkannya menyerang kita. Dan pada saat yang sama bisa jadi kekayaan atau harta yang selama ini kita pendam untuk kelangsungan kapal akan dijarah sebagai konsekuensi kalah perang.
(7) Saya tidak ingin lagi nahkoda yang berasal dari didikan nahkoda lama. Yang terbukti tidak mampu membawa kapal ini kepada tujuan yang telah dijanjikannya.
Terakhir saya berdoa, berharap kepada Yang Maha Kuasa, semoga ia menurunkan semacam ujian kepada bangsa ini, yang dengannya menjadi fit and proper test kandidat presiden. Sehingga kita sebagai rakyat dapat menilai kelayakan sang Calon Presiden menjadi nahkoda di Kapal Ini.
Tag: Presiden di Mata Orang Laut
http://sosbud.kompasiana.com/2014/03/23/presiden-di-mata-orang-laut-643565.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar