Selasa, 25 Maret 2014

RAHASIA DI BALIK PRO KONTRA PENCALONAN JOKOWI SEBAGAI PRESIDEN


Sumber: lintasriau.com & tempo.com
Pada tanggal 14 Maret 2014 yang lalu, Megawati Sukarno Putri sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) mengeluarkan Surat Perintah Harian yang ditujukan kepada Seluruh Rakyat Indonesia agar mendukung Bapak Joko Widodo sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Liputan media massa yang luas hari itu tidak hanya memupuk kredibilitas Jum’at keramat bagi sebagian orang yang biasanya langsung ditahan KPK karena tersandung kasus korupsi, tetapi juga menjadi petir di siang bolong penuh dengan suara guntur yang menggoncangkan konstelasi perpolitikan menuju kursi RI 1. 

Sumber: yahoo.com



Sumber: tangerangpos.com

Bagaimana tidak, Joko Widodo yang sejak berbulan-bulan silam, yang masih seusia jagung menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan tidak pernah menyatakan diri ingin menjadi presiden RI, oleh lembaga survey digadang-gadang menjadi kandidat Presiden RI dengan tanpa kejelasan pintu partai padanya tetapi dalam berbagai poling sudah menempati posisi teratas, jauh menungguli kandidat presiden yang lainnya yang telah lama mendeklarasikan diri dan menghambur milyaran rupiah demi pencitraan, aksetabilitas, dan elektabilitas. Kiranya hanya sosok yang sangat siap untuk berdarah-darah yang dapat menjadi pesaing Jokowi atas kondisi demikian.

Surat Megawati ditanggapi beragam tetapi tentu saja hangat. Ada pihak yang menganggapnya tidak akan mengganggu pencalonannya hingga merasa dirugikan atau lebih tepatnya dikhianati. Apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana bisa Megawati sebagai sosok negarawan mengambil sikap yang oleh kalangan terbatas dianggap sebagai langkah yang  tidak elok dalam dunia politik?

Rahasianya terletak pada 09 April 2014. Pada saat itu rakyat dipastikan akan mendatangi bilik suara dan memberikan pilihannya pada caleg dengan seperangkat konsekuensi kepada partai yang nantinya akan mengusung calon presiden. PDI Perjuangan saat ini memiliki sosok yang sedang dieluk-elukan dan digadang-gadang menggantikan SBY sebagai pemimpin negara. Sosok itu memiliki pribadi yang sangat sederhana dan tanpa sempat diperhitungkan sebagai magnet yang kuat, dengannya popularitas menjadi semakin melejit terlebih kepada partai yang membesarkannya.

Maka kesia-siaanlah jika PDI Perjuangan tidak memanfaatkan momen ini, apalagi jika langsung mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden, bisa jadi rakyat akan antipati kepada PDI Perjuangan dan berdampak pada signifikansi penurunan suara PDI Perjuangan sementara itu menjadi salah satu modal penting dalam Pilpres. PDI Perjuangan harus mahir melihat situasi, yang dengannyalah ia menjual Jokowi dan rakyat diharapkan membelinya dengan memilih PDI Perjuangan pada Pileg ini.

Sumber: hariansib.com

Sementara Prabowo dengan momen kampanye dalam kurun waktu tiga minggu menggunakan “Batu Tulis” sebagai materi kampanye yang ia juga harapkan akan semakin meningkatkan popularitas partainya dan juga dirinya sebagai sosok yang terzalimi oleh Sisa Kekuasaan Orde Baru, Mantan Presiden Habibie, Kasus Penculikan Aktivis 1998, Golkar, dan juga oleh Megawati sendiri.

 
Sumber: cdn.ciricara.com
 Dalam politik semuanya bisa saja terjadi, dan kehati-hatian akan lidah yang tak bertulang sepatutnya senantiasa dipelihata. Cerita boleh saja berubah nantinya manakala PDI Perjuangan mampu memberikan alasan yang dapat diterima oleh rakyat mengapa tiba-tiba beralih tidak jadi melanjutkan pencalonan Jokowi di Pilpres 2014.

Baca Juga



Tidak ada komentar:

Posting Komentar